Mengapa Harus Guru?
Mengapa Harus Guru?
Karya: Wihelmina Yubilia Maris
Tulisan ini merupakan pengalaman pribadi penulis.
Mendengar kata guru benakku lantas bermuara pada slogan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Kata mereka guru adalah pekerjaan yang mulia. Karena itulah, sejak kecil aku bermimpi menjadi seorang guru sekaligus meneruskan tugas ibu dan ayahku. Mereka adalah guru yang hebat yang selalu menjadi inspirasi mengapa aku masih berdiri di sini hingga saat ini.
Saat berada di bangku SMA, aku pernah begitu bodoh meremehkan mimpi yang sudah kuemban sejak kecil. Kala itu, pikiranku masih picik. Dalam benakku, sukses adalah harta. Aku pernah bertanya kepada hati kecilku "apa yang akan kamu dapat jika kamu menjadi guru? Kamu tidak akan sukses." Harta adalah tolak ukurku dalam memandang sebuah kesuksesan.
Semakin bertambahnya usia, entah mengapa persepsiku berubah. Harta tidak lagi menjadi apa yang harus kukejar. Saat menamatkan sekolah menengah, aku mendaftarkan diriku di salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya dengan mengambil jurusan pendidikan. Ada begitu banyak yang menentangku, termasuk ibuku. Namun aku adalah seorang pemimpi paling keras kepala. Seberapa keras mereka menentangku, sekeras itu pula aku bertahan. Aku tetap berada di jalanku.
Sampai saat ini, aku tidak menghitung berapa banyak orang yang telah meremehkanku. Seseorang pernah bertanya "mengapa kamu harus menjadi guru? Kamu tidak ingin sukses?" Aku terdiam miris. Ternyata, masih ada yang berpikiran bodoh seperti aku dahulu.
"Menurutmu, apa itu sukses?" Tanyaku dengan sedikit rasa dongkol di hati.
"Menurut kamu apa?" Dia bertanya balik dengan menunjukkan eksperi kebingungan.
"Sukses dalam persepsi kita berbeda, kawan. Jika sukses bagimu adalah memiliki banyak harta, hal itu jelas berbeda denganku. Sukses bagiku adalah berhasil meraih mimpiku untuk kembali mengabdi pada mereka yang telah membesarkanku. Bukan hanya keluargaku, namun tanah kelahiranku juga. Aku tidak membutuhkan banyak harta. Aku hanya ingin menjadi salah seorang yang kelak bisa membagikan ilmu dan pengalamanku kepada generasi selanjutnya."
Salah satu hal yang paling kusyukuri hingga saat ini adalah aku yang masih berjalan di jalanku. Semakin hari, aku semakin mencintai pilihanku. Beberapa kali, aku mengikuti kegiatan mengabdi dimana kami ditugaskan untuk membantu mengajar di beberapa panti asuhan di sekitar universitasku. Itu adalah pengalaman paling luar biasa bagiku. Hatiku berdesir hebat. Ternyata seperti ini rasanya saat membagi pengetahuan.
Satu hal yang ku pelajari, menjadi guru bukan hanya sekadar "guru". Menjadi guru bermakna bahwa kamu siap menjadi orang tua kedua bagi siswamu. Kamu harus siap menjadi tempat berbagi, bahkan menjadi tempat mereka berkeluh kesa. Kamu harus siap memberikan bimbingan dan arahan kepada murid-muridmu dalam menyelesaikan masalahnya.
Aku hanya berharap tidak akan ada lagi pertanyaan-pertanyaan meremehkan yang datang merecokiku. Menjadi guru adalah mimpiku. Aku bahagia dengan pilihanku dan aku akan terus berada di jalanku.
Selamat Hari Guru 25 November 2018 kepada semua guru dan para calon guru di Indonesia. Semoga bisa mengemban tugas dan amanahnya dengan baik. Jangan hanya menjadi sekadar "Guru".
Shalom,
Nama penulis adalah Wihelmina Yubilia Maris yang kerap disapa Wiwin. Penulis lahir di salah satu desa di ujung Timur nusantara pada 19 Januari 2000. Sekarang sedang menempuh pendidikan di Universitas Negeri Surabaya pada Jurusan Pendidikan Akuntansi.
"You will never know, if you never try. Teruslah menulis"
Keren dik..
ReplyDeleteKeren kk wiwin๐๐
ReplyDeleteKeren enuuu...
ReplyDeleteSukses terus kedepannya eee..semoga jadi penulis yang terkenal
i am so Proud of you my lil sister๐๐๐๐๐๐
ReplyDeleteVerry good......
ReplyDeleteKeren nu. Semoga kelak menjadi penulis trkenal๐
ReplyDeleteKeren ๐๐๐
ReplyDeleteVerry Godd kks๐ช๐ช๐ช
ReplyDeleteVery nice syg๐
ReplyDeleteThis writing is good knowledge
ReplyDeleteKeren kak
ReplyDelete